Hati Nurani dan Akal Budi Seorang Kristen
Sunjoyo Gautama memberikan
komentar yang sangat mengejutkan. Dia mengatakan bahwa konsep dalam agama pun
harus ditimbang-timbang dulu berdasarkan hati nurani dan akal budi. Jangan
karena merampas orang yang kalah perang diizinkan lalu dilakukan. Walaupun
komentar tersebut ditujukan untuk mengkritisi halalnya rampasan perang dalam
Islam. Namun terus terang saya sangat bersyukur karena melalui komentar
tersebut saya dapat mengetahui pandangan sebenarnya umat Kristen terhadap
Bibel, kitab yang mereka yakini sebagai firman Tuhan. Pernyataan polos Sunjoyo Gautama tersebut tentu bukan muncul karena ke tidak sengajaan
semata, namun muncul lebih karena pandangan dirinya terhadap Bibel yang selama
ini dia yakini kebenarannya. Bukan hanya
Sunjoyo Gautama,
teman saya lainnya yang bernama Zeed, memberikan
komentar hampir serupa. Di dalam sebuah diskusi, Zeed meminta saya
untuk menilai kehalalan poligami dalam Islam hanya dengan menurut pendapat
pribadi, bukan menurut Al-Qur’an dan Hadits.
Jadi
betapa pun Bibel diyakini oleh orang-orang Kristen sebagai firman Tuhan, namun
dalam relung hati terdalam, mereka tidak menganggap setiap kata yang ada dalam
Bibel adalah kata-kata Tuhan. Bibel memang mereka anggap sebagai firman Tuhan,
tapi firman Tuhan itu ditulis dalam gaya bahasa manusia, oleh manusia-manusia
yang sejatinya tidak pernah lepas dari segala kesalahan. Mungkin untuk mengantisipasi
kesalahan manusia dalam menulis firman Tuhan, orang-orang Kristen kemudian
harus menggunakan hati nurani dan akal budi guna menimbang setiap ayat-ayat
Bibel yang mereka baca. Bibel kemudian tidak lagi menjadi kitab suci yang sakral.
Hati nurani dan akal budi mereka lah yang suci dan yang sakral melebihi
ayat-ayat Bibel yang mereka yakini sebagai firman Tuhan. Penyebab lainnya
seorang Kristen menggunakan hati nurani dan akal budinya untuk menimbang
ayat-ayat dalam Bibel adalah karena isi Bibel sendiri yang tidak konsisten
dalam menjelaskan hukum Tuhan. Misalnya dalam Amsal 6:32 tertulis demikian, “Siapa melakukan zinah tidak berakal budi;
orang yang berbuat demikian merusak diri”. Namun kemudian kita temukan
banyak tokoh-tokoh di Bibel justru melakukan perzinaan. Contohnya perzinaan tersebut
di antaranya perzinaan Lot dengan dua anak gadisnya sendiri (Kejadian
19:30-36), perzinaan Ruben dengan ibunya sendiri (Kejadian 35:22), perzinaan
Yehuda dengan menantu perempuannya sendiri (Kejadian 38:15-30), perzinaan Amnon
dengan adik perempuannya sendiri (2 Samuel 13:5-14), perzinaan Absolom dengan
10 perempuan yang tidak lain ibunya sendiri (2 Samuel 16:21-23). Para pelaku
perzinaan tersebut tidak mendapat teguran atau pun hukuman dari Tuhan, seolah
membiarkan atau setuju dengan terjadinya perzinaan. Bahkan di antara anak-anak
yang lahir dari perzinaan tersebut tumbuh menjadi kaum yang dilindungi Tuhan (bani
Moab dan bani Amon) atau menjadi nenek moyang Yesus.
Selain
persoalan tidak konsistennya hukum Tuhan dalam Bibel, ada banyak ayat-ayat yang
ternyata bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan. Misalnya kisah seorang
Yakub yang membuat anak kambing domba miliknya bercoreng-coreng dan
berbelang-belang dengan dahan pohon yang dikupas yang diletakkannya di dalam palungan agar dilihat oleh induk
kambing domba yang berkelamin. Hal itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan
modern. Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa sifat makhluk hidup (termasuk
kambing domba milik Yakub) diturunkan dari induknya, bukan karena sesuatu yang
dilihat induknya saat berkelamin (baca di sini).
Atau anda dapat membaca kisah bagaimana orang-orang Majus mencari Mesias. Mereka
melihat bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka, tiba dan
berhenti di atas tempat di mana anak itu berada. Dengan suka cita, masuklah
mereka ke rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria ibunya, kemudian sujud
menyembah. Kisah ini tidak masuk akal, baca uraian saya di sini.
Jika masih kurang puas, anda dapat membaca sendiri Hakim-Hakim 15:4-5, yang menceritakan kisah Simson
yang menangkap tiga ratus ekor anjing hutan. Mengikat ekor tiap dua anjing
hutan kemudian meletakkan obor pada ekor tersebut tanpa membuat anjing-anjing
hutan itu meronta berusaha melepaskan diri.
Pandangan
kaum kafir Kristen pemuja Yesus yang meletakkan hati nurani dan akal budi di
atas firman Tuhan tersebut, membuat mereka selalu beranggapan segala hal yang
ada dalam Islam adalah salah. Walaupun sebagian besar yang mereka permasalahkan
dalam Islam ada juga dalam Bibel, misalnya masalah peperangan, rampasan perang,
perbudakan, poligami, kiblat dll. Semuanya ada dalam Bibel, tidak ada larangan atau
pun celaan bagi mereka yang melakukannya. Itulah sebabnya, segala kritik yang
mereka lemparkan kepada Islam seolah berbalik menyerang mereka sendiri. Bagi
seorang Muslim yang tahu benar isi Bibel tentu tidak akan merasa kesulitan
dalam menjawab segala kritik, bahkan mungkin diuntungkan. Tapi bagi seorang
kafir Kristen pemuja Yesus tentu akan kesulitan untuk menanggapi jawaban yang
diberikan oleh seorang Muslim. Oleh karenanya, sebelum mengkritik, ada baiknya
para kafir Kristen pemuja Yesus terlebih dahulu melihat untuk memastikan, apakah
bahan kritikan mereka terhadap Islam tidak akan menjadi senjata makan tuan
karena Bibel sendiri tidak pernah mempermasalahkannya. Ingat! Walaupun kalian
para kafir Kristen pemuja Yesus menganggap hati nurani dan akal budi di atas ketentuan, ketetapan dan hukum-hukum
yang ada di dalam Bibel, tapi ayat-ayat Bibel tetap kalian percayai sebagai
firman-firman Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar